Sudahkah anda Pancasila hari ini?
Beberapa hari lalu jagat
media sosial sempat viral oleh sebuah foto yang berisi doa misa umat katolik untuk
umat islam yang sedang menjalani ibadah puasa. Bahkan tokoh sepuh ormas islam
Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif ikut mengomentari positif hal tersebut. Karena
menurut beliau semua umat beragama bisa saling mendoakan dalam kebaikan untuk
merekatkan hubungan lintas iman karena kita satu bangsa.
Apa yang dikatakan Buya
Syafii Maarif memang benar. namun jika peristiwa yang demikian sampai menjadi heboh
bahkan viral, bagi saya itu kok terasa agak aneh. seperti heran dengan ‘pakaian’
yang sudah lama dipakai lalu memperlakukannya seolah seperti ‘pakaian’ baru. Bagaimana
mungkin bangsa yang sudah 72 tahun hidup dalam bhinneka dan pancasila saktinya
itu heboh perihal sikap saling menghormati dalam perbedaan? Bukankah kita telah
lama sepakat untuk hidup bersama tanpa menjadi sama. ataukah kita sudah lupa kalau
kita adalah Indonesia dengan bhinneka dan pancasilanya, kok baru sekarang-sekarang
ini kita teriak “saya Indonesia, saya pancasila”. Lagian juga buat apa kita
meneriakkan itu dipublik kita sendiri. Ini kan seperti seorang anak yang mengatakan
bahwa ia adalah anak dari bapak ibunya dirumahnya sendiri. Ah, saya masih belum
mengerti makna dari tujuan kalimat tersebut.
Jika kita melihat
politik bangsa akhir-akhir ini, kita seakan dipaksa menyaksikan kembali perang
bharatayuda antara Pandawa melawan Kurawa, yang sebenarnya masih berhubungan
saudara itu.. Jika dilihat memang hampir mirip. Bedanya Bharatayuda versi
sekarang tidak terjadi di Padang Khuruksetra tapi didalam negeri, titik
pusatnya adalah ibukota. dan jika Bharatayudha adalah perang antara pandawa
dengan kurawa, yang terjadi di ibukota adalah perang antara pandawa melawan
pandawa. antara kubu yang merasa benar berhadapan dengan kubu lain yang juga mengusung
kebenarannya sendiri. Saling menghunuskan senjata dibawah panji pemerintahan
yang lantang menyuarakan bhinneka dengan cara ‘menggebuk’ ormas-ormas yang
dirasa berbahaya bagi keutuhan NKRI. Kemudian diperparah dengan sikap kita yang dikotomis dalam menghadapi suatau
perosalan. Memandang segala hal secara hitam-putih.
Ketika ada seruan ide mengganti
pancasila dengan khilafah kita lalu ramai-ramai menolak bahkan mengutuknya makar.
Sementara kita sendiri sekarang tidak terlalu percaya diri dengan Pancasila
yang sudah lama kita pakai. Bagaimana bisa dikatakan percaya, sementara kemarin
kita mengatakan diri pancasila dihadapan publik kita sendiri yang (seharusnya)
Pancasila juga. Jika kita mengatakannya dalam sebuah pertemuan bangsa-bangsa,
barangkali masih masuk akal. Atau kalimat tersebut memang ditujukan kepada
mereka yang kita anggap makar, yang kita rasa tidak pancasilais. Lalu, jika
demikian yang terjadi, apakah kita sudah merasa lebih pencasilais? Saya merasa Pancasila
yang sudah final itu pun seakan ‘asyik’ sekali untuk diperdebatkan kembali.
(diilhami oleh tulisan Emha Ainun Nadjib)
Baca juga: MASIH MAHASISWA KAH SAYA?
(diilhami oleh tulisan Emha Ainun Nadjib)
Baca juga: MASIH MAHASISWA KAH SAYA?
Bagus banget gan.
BalasHapusTapi menurutku isu kebhinekaan yg di goyang itu hanya karena kepentingan pihak tertentu yang dibungkus dengan isu agama.
Jenuh dengan siaran TV?? Gak usah bete ,, klik link dibawah ini dan nikmati filmnya
BalasHapusFilm Bokep
Nonton Sex
Movie Terbaru